Lompat ke konten

Mutiara Perubahan "Inovasi dan Emansipasi Desa dari Indonesia Timur"

  • oleh
Prawacana
Menyaksikan Perubahan Desa
di Indonesia Timur
Baru kalau desa kita memang mulai bergerak maju atas kekuatannya sendiri, barulah seluruh masyarakat kita akan pula naik tingkatan serta kemajuannya di dalam segala lapangan, termasuk lapangan kebudayaan.
(Sutan Sahrir).

“Jawa adalah masa lalu, Sumatera dan Kalimantan adalah masa kini, dan Indonesia Timur adalah masa depan”, demikianlah sebuah jargon yang kerap dilantunkan para konsultan dan praktisi pembangunan di Indonesia. Kedengarannya enak, yang menyajikan visi dan harapan masa depan bagi orang Indonesia Timur. Tetapi bagi kami, rangkaian argumen ini sungguh meninabobokan, jika tidak bisa disebut menyesatkan. Mengapa? Buta huruf, gizi buruk, kematian ibu melahirkan, kematian bayi, atau kemiskinan dan keterbelakangan di Indonesia Timur berada di depan mata. Kenapa perubahan harus menunggu hari esok, kenapa tidak sekarang?

Menjawab kemiskinan dan keterbelakangan di Indonesia Timur memang membutuhkan kebijakan afirmatif secara makro. Negara sadar betul mengenai hal ini. Negara mempunyai tangan-tangan birokrasi sampai ke pelosok desa yang bertugas untuk melayani warga, sekaligus mengalirkan proyek proyek bantuan sektoral ke setiap daerah ter tinggal.

Pemerintah daerah juga bekerja keras menangani pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pertanian dan lain-lain
yang bermaksud untuk keluar dari kemiskinan dan ketertinggalan. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, misalnya, begitu risau dengan capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang sangat rendah, dan angka kemiskinan yang sangat tinggi. Kerisauan ini yang memaksa Provinsi NTB beserta Pemerintah Kabupaten/Kota menggencarkan kebijakan dan gerakan Tiga A: AKINO (Angka Kematian Ibu Nol); ABSANO (Angka Buta Aksara Nol) dan ADONO (Angka Drop Out Nol). Pada saat yang sama, pemerintah daerah juga bekerja keras melawan kemiskinan antara lain dengan mengembangkan ekonomi lokal, gerakan ekonomi rakyat, membangun daerah dari desa, ketahanan pangan dan sebagainya. Spirit ini tampak di Sulawesi Tenggara dengan program Bahtera Mas dan Anggaran untuk Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah) di NTT.

Sutoro Eko

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.