Lompat ke konten

Diskusi Bulanan “Peluang dan Tantangan Pelaksanaan SDGs di DIY”

  • oleh

Poster Diskusi 28 Sep 2015-3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Latar Belakang

Sebelum menggagas bagaimana implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) kedepan, akan lebih baik jika kita menengok sebentar ke belakang, melihat pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) di Indonesia. Kita tahu, MDGs adalah sebuah paradigm pembangunan global yang dideklarasikan oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada bulan September 2000.

Sejak deklarasi tersebut negara-negara yang hadir bersepaka untuk mengintegrasikan MDGS sebagai bagian pembangunan nasionalnya. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani deklarasi MDGs mempunyai komitmen untuk melaksanakan tujuan MDGs dalam progra- program pembangunan yang dirancang, baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Bagaimana hasilnya? Seperti yang tercantum dalam Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia tahun 2011 (Bappenas, 2011) disampaikan beberapa capaian pelaksanaan MDGs di Indonesia.

Dalam dokumen tersebut Bappenas menyampaikan ada 3 kelompok capaian tujuan MDGs di Indonesia. Pertama, tujuan yang telah dicapai yang meliputi: MDG 1), yaitu proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP) per kapita per hari; (MDG 3), yaitu rasio APM perempuan terhadap laki-laki SMA/MA/Paket C dan rasioangkamelek huruf perempuan terhadap laki-laki umur 15-24 tahun; dan MDG 6), yaitu pengendalian penyebaran dan penurunan jumlah kasus baru tuberkulosis (TB).

Pencapaian ini diindikasikan oleh angka kejadian dan tingkat kematian, serta proporsi tuberkulosis yang ditemukan, diobati dan disembuhkan dalam program DOTS. Kedua, tujuan MDGs yang telah menunjukkan kemajuan signifikan dan diharapkan dapat tercapai pada tahun 2015 (on-track) adalah: (MDG 1), yaitu terdapat kemajuan yang sangat besar dari indeks kedalaman kemiskinan, proporsi tenagakerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja, dan prevalensi balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi; (MDG 2), yaitu APM SD, proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasar, serta angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun, perempuan dan laki-laki yang semuanya sudah mendekati 100 persen; (MDG 3), yaitu rasio APM perempuan/laki-laki di tingkat SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B, dan pendidikan tinggi yang hampir mendekati 100 persen serta kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sector non pertanian, dan proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPR yang meningkat; (MDG 4), yaitu penurunan yang sudah mendekati dua pertiga angka kematian neonatal, bayi, dan balita serta proporsi anak usia 1 tahun yang mendapat imunisasi campak yang meningkat pesat; (MDG 5), yaitu berupa peningkatan angka pemakaian kontra sepsi bagi perempuan menikah dengan menggunakan cara modern, penurunan angka kelahiran remaja perempuan umur 15-19 tahun, peningkatan cakupan pelayanan antenatal baik 1 maupun 4 kali kunjungan, dan penurunan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need): (MDG 6), yaitu mengendalikan penyebaran dan penurunan jumlah kasus baru HIV dan AIDS berupa peningkatan proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan Antiretroviral (ARV).

Selain itu, pengendalian penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru malaria yang diindikasikan oleh peningkatan proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu ber-insektisida belum memadai dalam rangka menurunkan jumlah kasus baru malaria; (MDG 7), yaitu berupa penurunan konsumsi bahan perusak ozon, proporsi tangkapan ikan yang tidak melebihi batas biologis yang aman, serta rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan dan rasio rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan teritorial yang keduanya meningkat; dan (MDG 8), yaitu berupa keberhasilan pengembangan system keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi dan tidak diskriminatif yang diindikasikan oleh rasio ekspor dan impor terhadap PDB, rasio pinjaman terhadap simpanan di bank umum, dan rasio pinjaman terhadap simpanan di BPR yang semuanya meningkat pesat. Selain itu juga keberhasilan dalam menangani utang untuk dapat mengelola utang dalam jangka panjang yang diindikasikan oleh rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB dan rasio pembayaran pokok utang dan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan hasil ekspor yang menurun tajam. Keberhasilan selanjutnya adalah dalam hal pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, yang diindikasikan oleh peningkatan proporsi penduduk yang memiliki jaringan telepon tetap dan telepon seluler.

Ketiga, tujuan MDGs yang telah menunjukkan kemajuan namun masih diperlukan kerja keras untuk mencapainya adalah: (MDG 1), yaitu berupa penurunan hingga setengahnya persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional; (MDG 5), yaitu berupa penurunan hingga tiga perempatnya angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup; (MDG 6), yaitu mengendalikan penyebaran dan penurunan jumlah kasus baru HIV dan AIDS berupa penurunan prevalensi HIV dan AIDS, penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi, dan peningkatan proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS, baik laki-laki maupun perempuan menikah dan belummenikah; (MDG 7), yaitu berupa rasio luas kawasan tertutup pepohonan, jumlah emisi CO2, konsumsi energi primer per kapita, elastisitas energi, serta proporsi rumah tangga dengan akse berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas isanitasi dasa layak di perkotaan dan perdesaan; dan(MDG 8), yaitu berupa peningkatan proporsi rumah tangga dengan akses internet dan kepemilikan computer pribadi yang belum memadai.

Setelah pelaksanaan MDGs, mainstream agenda pembangunan global dipandu oleh dokumen baru sebagai kelanjutan MDGs yang disebut dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Meskipun saat ini baru dalam tahap pembahasan, namun nampaknya dokumen SDGs yang akan dibahas pada akhir September ini tidak akan banyak mengalami perubahan dari drfat yang sudah ada. Artinya, bila komunitas masyarakat global bersepakat dengan konsep dan berbagai indicator yang tertuang dalam dokumen yang sudah ada, maka SDGs akan efektif diterapkan mulai tahun 2016 untuk 15 tahun kedepan, melanjutkan MDGs yang

akan berakhir pada tahun ini.

Tujuan Diskusi

1. Melihat capaian pelaksanaan MDGs dan tantangan pelaksanaan SDGs di DIY ke depan

2. Memetakan isu prioritas pelaksanaan SDGs di DIY

3. Menemukan peluang keterlibatan masyarakat dalam pelaksaan SDGs di DIY

Narasumber Diskusi

1. Tavip Agus Rayanto (Bappeda DIY)

2. Siti Khoirun Nikmah (Program Manajer INFID)

3. Suharko (Dosen Fisipol UGM/Pengurus Yayasan IRE)o

Waktu dan Tempat

Hari/tanggal :Senin, 28 September 2015

Waktu : 14.00WIB – selesai

Tempat :JogloWinasis IRE Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.