(Karini 55 th, warga Lingkungan Bajo)
Ketentuan harga rumput laut bergantung pada para pedagang di Bau-Bau. La Ani sendiri tidak kuasa untuk menembus jaringan pemasaran rumput laut yang saat ini tidak menguntungkan dirinya. Lagi-lagi keterbatasan modal menjadi kendalanya. Sementara ketika ingin meminjam modal di bank, La ali merasa ketakutan tidak bisa mengembalikan modal pinjaman. Akhirnya dengan managemen apa adanya, budidaya rumput laut masih ditekunnya
(La Ani, Warga Kelurahan Eureke Buton Utara)
Penggalan verbatim dari keluarga Karini dan La Ani membawa pesan keluarga miskin di desa-desa pelosok Buton Utara. Mereka menghadapi banyak kendala untuk meningkatkan kualitas hidup. Rendahnya pendapatan keluarga, ketiadaan tabungan kesehatan (saving), sulitnya akses pada fasilitas kesehatan sampai ketiadaan bantuan pemerintah merupakan seabrek persoalan yang melingkupi kehidupan keseharian mereka. Ketika suami Karini yang mulai merenta jatuh sakit, Karini pun tidak bisa berbuat banyak. Karena tidak memiliki tabungan, Karini tak kuasa membawa suaminya ke rumah sakit. Beruntung Karini masih memiliki anak yang sudah bekerja di Kalimantan dan mau menyisihkan sebagian pendapatanya untuk biaya berobat ayahnya di Kendari.
Lain lagi dengan keluarga La Ani, kesehariannya sebagai petani rumput laut, kehidupan ekonominya bergantung pada dinamika pasar. Ketika permintaan pasar rumput laut turun sangat mungkin pendapatannya pun turun. Belum lagi, penguasaan pasar yang didominasi para tengkulak di Baubau, sulit baginya untuk membangun kemandirian usaha rumput lautnya. Untuk menggenjot kapasitas produksi rumput laut, ia mencoba mengakses modal di Bank. Tapi tingkat pengetahuannya yang rendah serta ketiadaan aset berharga yang bisa dijadikan agunan pinjaman, akhirnya meminjam pada renteneermenjadi pilihannya.